Kamis, 18 September 2014

[CERPEN - FICLET] MASIH



Judul : Masih (ficlet)
By Mega Nurhidayah Kusumawati (dobibee)

---
            Kamar manis dengan cat warna merah muda itu nampak remang-remang. Alona hanya menghidupkan lava lamp warna merah yang ada di meja di samping tempat tidurnya. Sudah pukul 11 malam. Ia baru saja menyelesaikan tugas kuliahnya. Menjadi mahasiswa semester 4 memang banyak menyita waktu bermain Alona untuk diganti dengan belajar. 
 
            Alona merebahkan tubuhnya dan menghadap ke sisi kanan. Menatap lava lamp yang memancarkan cahaya redupnya. Disentuhnya permukaan lampu mungil itu dan perasannya menghangat. Akhir-akhir ini ia memang sedikit moody. Entah karena tugas kampusnya yang semakin hari semakin membuatnya stress atau sidang perceraian kedua orang tuanya yang akan dimulai lusa.

            Tanpa ia sadari, air matanya kembali menetes. Alona anak tunggal, jadi ia tidak tahu harus berbagi cerita dengan siapa. Sahabatnya di kampus –Ajeng sudah sering ia jadikan tempat bercerita. Dan Alona tidak mau gadis manis itu muntah karena cerita-cerita Alona tentang masalah di keluarganya. Dengan ujung jari, Alona menyeka air matanya. Ia lelah menangis. Namun jika membayangkan apa yang akan terjadi pada kedua orang tuanya kelak, maka air matanya akan langsung menderas.

            Saat masih mengeringkan air mata dari pipinya, ponsel Alona berbunyi. Ada pesan masuk. Alona mengernyitkan dahi saat membaca isi pesan tersebut. Pesan dari Ajeng, member kabar kalau besok Ajeng tidak masuk kuliah. Setelah membalas pesan dari sahabatnya, Alona membuka-buka folder galeri di ponselnya. Hatinya terasa ngilu setiap kali membuka folder yang ia beri nama memory itu. Meskipun begitu, bibir Alona akan selalu menyunggingkan senyuman manis. Di sana terdapat banyak foto-foto kenangan saat ia dan Ethan masih bersama. Saat Alona sampai pada file foto terakhir, baru ia menyadari kalau ia sangat merindukan Ethan. Sudah 6 bulan sejak terakhir kali ia bertemu Ethan, atau tepatnya saat Ethan memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sudah mereka jalani selama sekitar 3 tahun.

            Ethan adalah pacar pertamanya. Tidak heran jika Alona sangat sulit menghapus semua kenangan tentang Ethan. Setiap malam Alona selalu melihat kembali foto-foto Ethan di ponselnya. Sama sekali tidak terbersit di pikiran Alona untuk menghapusnya. Bahkan Alona masih mempunyai nomor ponsel mantannya itu. Tiba-tiba saja Alona ingin menelpon Ethan. Berkali-kali ia menekan tombol call di ponselnya, tapi selalu ia matikan sedetik kemudian.

Lantas kini Alona dikeejutkan karena ponselnya kembali berbunyi. Ada telepon masuk.

Ethan… 

            Alona menahan nafasnya. Ethan menelponnya dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Setelah mengambil nafas sebanyak 3 kali, Alona menjawab telepon dari Ethan.

“ Hallo… “

            Jantung Alona serasa berhenti berdetak saat mendengar sapaan dari Ethan. Alona menjawab setiap sapaan manis dari Ethan dengan lembut. Obrolan mereka berlangsung selama setengah jam. Hanya obrolan ringan. Menanyakan kabar, dan Alona menjawab bahwa lusa kedua orangtuanya akan memulai sidang perceraian. Ethan sudah mengetahui bagaimana keadaan keluarga Alona. Cerita Alona membuat pria itu bersimpati dan berkata,

“ Kamu yang sabar ya, Al. “

            Alona diam saja. Ethan memanggilnya dengan namanya. Bukan sapaan sayang sepeti dulu –tentu saja. Bahkan tanpa bertatap wajahpun, Alona bisa membayangkan wajah Ethan. Senyuman manis yang terbingkai dengan wajah putih tanpa jerawat atau bekas luka. Ethan pria yang baik. Itulah kesan yang ia dapat selama 3 tahun berpacaran dengan Ethan.

            Dan Alona hanya bisa menebak-nebak, apakah pria itu masih menyimpan perasaan sama seperti dirinya atau tidak.

“ Aku kangen sama kamu, Al. “

            Jantung Alona berhenti berdetak selama 1 detik. Dan itu membuatnya amat sangat merasa sesak. Ethan masih merindukannya.

“ Apa? “
“ Aku kangen sama kamu. “
“ … “
“ Ethan masih sayang sama Alona. Maafin Ethan. “

            Ethan meminta maaf. Memang waktu itu mereka putus tanpa alasan yang jelas. Tidak ada orang ketiga diantara mereka.

Bahkan saat itu Ethan masih mencintai Alona. 

“ Ethan… “
“ Iya? “
“ Ethan mau balikan sama Alona? “
“ Apa? “
“ Alona gak akan maksa Ethan. Makasih, Ethan masih sayang sama Alona. “
“ Alona masih sayang sama Ethan? “

            Alona menjawab pertanyaan Ethan dengan jawaban yang apa adanya. Ia terbuka dan jujur bahwa ia masih mengharap Ethan kembali padanya. Hingga akhirnya mereka mengambil sebuah keputusan yang baik bagi mereka. Dan saat jam di kamar Alona menunjukkan pukul 12 malam, mereka mengakhiri pembicaraan. Alona tidur dengan sebuah senyuman di bibirnya. Ia mau memaafkan Ethan. Kalau masih saling mencintai, untuk apa mereka berpisah?

---END---

Read on wattpad here

0 komentar:

Posting Komentar